Beranda Tempat Wisata

WAE REBO Info Wisata Lengkap

0
Desa Wae Rebo diapit pengunungan
Desa tradisional yang berada di ketinggian pegunungan Manggarai. Foto: Google Maps/ kristina dewi

Desa Wae Rebo

Harga Tiket Masuk: Gratis - Rp1.000.000Jam Buka: 24 JamNomor Telepon: -Alamat: Satar Lenda, Satar Mese Barat, Manggarai, Nusa Tenggara Timur, -

Di setiap daerah tentu memiliki kawasan pedesaan. Dengan adanya kawasan pedesaan, dapat juga menjadi area hijau daerah tersebut. Di Indonesia, pedesaan tidak hanya berada di dataran rendah, dataran tinggi, atau pesisir pantai saja. Bahkan ada yang berada ribuan meter di atas gunung, seperti Wae Rebo.

Desa tradisional ini juga dikenal luas dengan desa di atas awan karena letaknya berada di ketinggian pegunungan. Tidak hanya lokasinya, kehidupan masyarakatnya pun sangat unik. Masih sangat tradisional tanpa pengaruh modernisasi yang tinggi. Meski begitu, masyarakat begitu terbuka dan dengan senang hati menerima wisatawan yang berkunjung.

Harga Tiket & Biaya Menuju Wae Rebo

Untuk menikmati Wae Rebo, pengunjung tidak dikenakan tiket masuk. Hanya saja harus bersama pemandu yang biasanya tarif sudah menjadi satu dengan pemandu. Selain itu, pengunjung harus menyiapkan uang transportasi dari desa ke desa. Yaitu transportasi menuju Desa Denge, desa terakhir yang dapat diakses transportasi.

Tarif Transportasi
Ojek dari Ruteng ke Desa DengeRp 150.000 – Rp 200.000
Truk kayu dari Ruteng ke Desa DengeRp 30.000

Baca: Tempat Wisata Menarik di Nusa Tenggara Timur

Waktu Kunjungan

Objek wisata ini tidak menerapkan jam operasional khusus untuk berkunjung. Yang terpenting, ketika sampai jangan terlalu malam. Karena tentu akan mengganggu masyarakat, serta perjalanan trekking akan lebih berbahaya. Karena untuk menuju desa ini harus trekking melalui hutan yang lebat.

Jam Operasional
Setiap hari24 jam

Menikmati Indahnya Desa di atas Awan

Kabut Tipis yang Menyelimuti Desa Wae Rebo
Kabut Tipis yang Menyelimuti Desa Wae Rebo. Foto: Gmap/Justin Sebastian

Wae Rebo tak ubahnya desa di atas awan, karena berada di ketinggian 1.200 mdpl. Desa ini pun dikatakan sebagai surga di atas awan. Di pagi hari, kabut tipis hingga tebal akan menyelimuti kawasan desa. Terlihat mistis, namun begitu indah dengan pemandangan pegunungan dan hutan yang tampak samar.

Desa ini pun begitu sejuk, bahkan cenderung dingin. Tak heran, karena lokasinya berada ribuan meter di atas permukaan laut. Ditambah kabut tipis yang menambah sejuk suasana desa ini. Dan ketika matahari mulai meninggi, kabut tersamarkan sehingga udara menjadi hangat.

Desa ini dikelilingi oleh pegunungan dan hutan yang diselimuti pepohonan hijau. Desa ini memiliki tujuh rumah yang berbentuk melingkar, di tengahnya menghampar rumput hijau yang subur. Area ini sering digunakan oleh penduduk untuk berbagai acara. Bahkan, kegiatan sehari – hari penduduk pun berpusat di kawasan ini.

Keunikan Rumah Adat Desa Wae Rebo

Rumah Adat Mbaru Niang
Rumah Adat Mbaru Niang. Foto: Gmap/Max Cardy

Dalam satu desa di Wae Rebo, hanya memiliki tujuh rumah adat. Rumah adat ini disebut dengan Mbaru Niang, yang sudah ada selama 19 generasi. Mbaru Niang terbuat dari kayu dengan atap ilalang yang dianyam. Sehingga menyambung dari ujung atas hingga bawah rumah yang berbentuk kerucut ini.

Rumah – rumah ini berjajar melingkar, yang mana di tengahnya terdapat lapangan luas. Meski dari luar tampak seperti kerucut saja, namun di dalamnya terdapat lima lantai. Yang mana dalam setiap Mbaru Niang terdapat enam hingga delapan keluarga. Hidup rukun dalam keharmonisan di dalam satu atap.

Wisatawan juga dapat menginap di salam satu Mbaru Niang. Merasakan sensasi menginap di dalam rumah kerucut beratap daun lontar dan ijuk ini. Namun tentunya, ada rumah khusus yang disediakan untuk wisatawan. Tidak bersama dengan anggota keluarga Desa lainnya.

Indahnya Pesona Desa Wae Rebo

Pemandangan Pagi yang Indah di Desa Wae Rebo
Pemandangan Pagi yang Indah di Desa yang berada di ketinggian. Foto: Gmap/Rockbelz

Ketika sampai, pengunjung akan disambut oleh kepala desa setempat. Yang mana kemudian akan memberi wejangan berupa apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Selanjutnya, pengunjung harus membersihkan diri terlebih dahulu. Lalu, pengunjung akan diberi welcome drink berupa kopi Flores yang khas untuk menghangatkan diri.

Di sini, pengunjung juga akan dijamu dengan makanan khas setempat. Yang memiliki cita rasa unik karena dimasak dengan cara yang masih tradisional. Selain itu, bahan yang digunakan tentu masih sangat segar. Karena diambil langsung dari alam.

Di malam hari, pengunjung dapat menyaksikan indahnya langit Wae Rebo. Berupa milky way yang sangat sulit dilihat di dataran rendah. Dari sini begitu jelas dan begitu indah, membuat mata terpana akan keindahannya. Untuk tempat menginap, telah disediakan ruangan di rumah adat dengan alas dan bantal seadanya.

Kegiatan Warga desa Wae Rebo

Kegiatan Warga Masyarakat Desa Wae Rebo
Kegiatan Warga Masyarakat Desa. Foto: Gmap/Arie Rusli

Meskipun memerlukan waktu kurang lebih 4 jam untuk trekking menuju Wae Rebo, semua akan terbayar. Keindahan alam dan keramahan warga desa membuat betah wisatawan. Uniknya, warga desa mengklaim bahwa mereka merupakan keturunan Minang dari Sumatera Barat.

Hal ini terjadi karena Empo Maro, nenek moyang Wae Rebo berasal dari Minangkabau. Kemudian merantau hingga ke Flores dan menetap di desa ini. Meski keturunan Minang, nama penduduk setempat tidak seperti orang Minang kebanyakan. Baik Minang ataupun NTT, tetaplan Desa Wae Rebo ini adalah Indonesia.

Kegiatan masyarakat di desa yang tidak terdapat sinyal ini begitu beragam. Warga laki – laki biasanya bertani menggarap sawah dan ladang, sementara para wanita akan membuat tenun. Anak – anak menikmati hari – hari mereka dengan bermain dan membantu orang tua. Sungguh harmoni pedesaan yang begitu menenangkan.

Hari Besar Desa Wae Rebo

Pemasangan Bendera Merah Putih saat Hari Kemerdekaan Indonesia
Pemasangan Bendera Merah Putih saat Hari Kemerdekaan Indonesia. Foto: Gmap/Meitra Handarto

Waktu yang tepat berkunjung ke desa ini adalah saat Bulan November. Karena saat itu, penduduk desa sedang merayakan Upacara Adat Penti. Yaitu upacara untuk mengucapkan rasa syukur atas hasil panen dalam setahun. Serta untuk memohon keharmonisan dan perlindungan seluruh desa.

Di upacara ini, warga akan mengenakan pakaian adat lengkap dengan aksesorinya. Selain itu, Wae Rebo juga merayakan upacara Hari Kemerdekaan Indonesia setiap 17 Agustus. Dengan memasang bendera merah putih di pucuk Mbaru Niang.

Rute & Lokasi Desa Wae Rebo

Kampung adat Wae Rebo berlokasi di Desa Satarlenda, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai, NTT. Perjalanan menuju desa ini memang tidak bisa dikatakan mudah. Jika datang dari luar NTT bisa langsung ke Ruteng. Dilanjutkan dengan berkendara ke Desa Denge. Dari desa ini perjalanan dilanjutkan dengan trekking sekitar 3 jam untuk mencapai Desa Wae Rebo.

TIDAK ADA KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan berkomentar
Silakan masukkan nama Anda di sini

Exit mobile version