Beranda Tempat Wisata

Pulau Kemaro Tiket Masuk, Daya Tarik dan Fasilitas

0
Pagoda di Pulau Kemaro - Foto: Google Maps/Sandi Nopriyanto
Pagoda di Pulau Kemaro - Foto: Google Maps/Sandi Nopriyanto

Pulau Kemaro

Harga Tiket Masuk: Gratis - Rp500.000Jam Buka: 09.00 - 21.00 WIBNomor Telepon: -Alamat: 1 Ilir, Ilir Tim. II, Palembang, Sumatra Selatan,

Pulau Kemaro memiliki arti yaitu Pulau Kemarau. Nama tersebut berasal karena pulau ini tidak pernah tenggelam meski Sungai Musi sedang pasang. Pada masa Kerajaan Sriwijaya, Pulau Kemaro terkenal sebagai Benteng Tambak Bayo.

Tempat ini berfungsi sebagai benteng pertahanan dan gerbang pos pemeriksaan kapal-kapal yang menuju kota. Konon, panglima terkenal Cheng Ho pernah tinggal di Pulau Kemaro untuk menumpas perompak dari Tiongkok.

Pulau Kemaro memiliki sejarah yang erat dengan kisah cinta. Kisah cinta ini melibatkan Pangeran Tan Bun An dari Tiongkok dan Siti Fatimah dari Palembang.

Namun, kisah cinta keduanya berujung tragis. Untuk mengenang mereka, dibangunlah kuil serta makam di Pulau Kemaro.

Harga Tiket Masuk Pulau Kemaro dan Jam Operasional

Untuk masuk ke Pulau Kemaro, kamu tidak perlu membayar tiket masuk alias gratis. Namun, untuk menuju lokasi, kamu harus menyeberangi Sungai Musi menggunakan speed boat atau perahu ketek.

Selama perayaan Cap Go Meh, tersedia tongkang yang memungkinkan mobil untuk melintasi sungai. Namun, di luar periode tersebut, akses ke lokasi hanya dapat dilakukan dengan perahu.

Berikut transportasi yang bisa digunakan untuk menuju Pulau Kemaro:

  • Kapal Ketek: Rp100.000 – Rp250.000 (pulang-pergi)
  • Speed boat: Rp500.000 (pulang-pergi)

Kemudian untuk jam operasional, Pulau Kemaro buka setiap hari mulai dari pukul 09.00 hingga 21.00 WIB.

Pagoda Unik dan Pohon Cinta di Pulau Kamaro

Adapun beberapa daya tarik yang bisa kamu nikmati saaat berkunjung ke Pulau Kemaro, antara lain:

Pagoda Berlantai 9

Salah satu daya tarik utama Pulau Kemaro adalah pagoda berlantai 9 yang menjulang tinggi di tengah pulau. Bangunan ini dibangun pada tahun 2006 dan memiliki tinggi total 45 meter. Masing-masing tingkatnya memiliki tinggi mencapai 5 meter.

Arsitektur pagoda ini mirip dengan pagoda ala negeri Tiongkok dan rancangannya mengikuti prinsip Feng Shui. Bangunan dengan 9 tingkat ini melambangkan makna khusus dalam kepercayaan Tiongkok.

Pagoda ini memiliki 8 sudut, sesuai dengan simbol Pat Kwa atau Kedelapan Trigram. Bangunan ini dihiasi dengan warna-warni cerah yang memiliki makna simbolis dalam kepercayaan Tiongkok.

Di bagian atas pagoda, terdapat tempat ibadah umat Buddha yang sering digunakan masyarakat etnis Tionghoa. Tempat ini digunakan menjelang hari raya Imlek atau hari raya Buddha lainnya.

Oleh karena itu, pagoda ini sering ramai selama periode tersebut. Beberapa ruangan di dalam pagoda juga sering juga berguna untuk peserta festival Imlek untuk menginap.

Klenteng Hok Tjing Rio

Di samping pagoda, terdapat klenteng Hok Tjing Rio, yang terkenal sebagai klenteng Kwan Im. Klenteng ini sudah ada sejeka tahun 1962. Dan terletak di depan makam Tan Bun An, Siti Fatimah, dan pengawalnya.

Menurut kepercayaan, Klenteng ini sebagai asal-usul terbentuknya Pulau Kemaro. Kombinasi pagoda dan klenteng menambah daya tarik sebagai destinasi wisata budaya dan spiritual yang signifikan.

Klenteng ini menjadi tempat ibadah utama bagi sebagian besar warga Palembang keturunan Tionghoa. Warga setempat rutin melakukan sembahyang di klenteng yang terletak di tengah pulau ini. Kombinasi budaya lokal dan Tionghoa ini menciptakan pusat budaya yang kaya dan menarik.

Pohon Cinta

Selain menawarkan pagoda dan klenteng, Pulau Kemaro juga terkenal dengan Pohon Cinta. Pohon ini menjadi simbol dari ritus Cinta Sejati antara dua bangsa dan budaya yang berbeda.

Pohon ini melambangkan kisah cinta antara Siti Fatimah, putri Kerajaan Sriwijaya dan Tan Bun An. Pasangan yang mengukir nama di pohon ini diyakini memiliki hubungan yang langgeng hingga jenjang pernikahan. Tak heran banyak yang mengenal pulau ini sebagai Pulau Jodoh.

Kisah tentang pulau ini sendiri berawal dari Tan Bun An yang jatuh cinta kepada Siti Fatimah. Tan Bu An membawanya ke Tiongkok untuk meminta restu orang tuanya.

Setelah mendapat restu, orang tua Tan Bun An memberikan 7 guci besar sebagai hadiah. Saat dalam perjalanan pulang ke Palembang, Tan Bun An merasa penasaran dengan isi guci tersebut.

Terkejut melihat guci berisi sawi asin, ia marah kemudian melemparkan guci-guci tersebut ke Sungai Musi. Saat melempar guci ketujuh, guci tersebut jatuh dan pecah di perahu. Isi guci tersebut mengungkapkan harta benda yang tertutup sawi asin.

Tan Bun An menyesali tindakannya dan melompat ke sungai untuk mengambil kembali guci-guci yang dibuangnya. Pengawalnya pun juga ikut melompat ke sungai tersebut. Ketika keduanya tidak muncul ke permukaan, Siti Fatimah ikut melompat dan mengalami nasib yang sama.

Beberapa waktu kemudian, muncul pulau kecil di lokasi jatuhnya Tan Bun An dan Siti Fatimah. Pulau ini akhirnya dinamai Kemaro yang berarti kemarau. Dan tidak pernah terendam meskipun arus Sungai Musi tinggi.

Kisah ini menarik untuk dijelajahi, terutama saat kamu berziarah ke makam keduanya. Dengan keistimewaannya, Pulau Kemaro menawarkan pengalaman unik yang patut untuk dinikmati.

Kampung Air

Pulau Kemaro terkenal sebagai destinasi wisata yang kaya akan legenda. Banyak wisatawan yang datang untuk merasakan sensasi naik kapal ketek di Sungai Musi. Namun, ada sebuah perkampungan unik yang juga layak untuk dikunjungi saat berada di Pulau Kemaro.

Untuk menuju kampung ini, kamu dapat memasuki pintu yang terletak di dekat pagoda. Sesampainya, kamu akan segera disambut dengan pemandangan kampung yang mengesankan. kampung ini memiliki jalan setapak atau jerambah yang melayang di atas air.

Kampung ini berpenghuni sekitar 200 kepala keluarga. Salah satu rumah warga menyimpan museum yang menampilkan barang-barang kuno.

Barang-barang ini ditemukan dari bawah Sungai Musi. Pemandangan yang menawan serta keramahtamahan penduduk setempat menyambut kamu yang berkunjung ke tempat ini.

Beberapa warga juga menyediakan kamar di rumah mereka sebagai homestay untuk kamu yang ingin menginap. Kampung ini menawarkan daya tarik budaya yang erat dengan kehidupan di sepanjang Sungai Musi. Budaya ini meliputi budidaya ikan lele, sayuran hidroponik, dan bonsai.

Selain itu, terdapat visitor center dan community center yang memperkaya pengalaman kamu saat berkunjung. Tidak ketinggalan galeri barang antik yang berfungsi sebagai tempat koleksi dan edukasi. Galeri ini mengenalkan barang-barang peninggalan sejarah hasil temuan dari Sungai Musi.

Lokasi Pulau Kemaro

Pulau Kemaro terletak di kawasan Sungai Musi. Dengan jarak tempuh memakan waktu 20 menit dari Dermaga Benteng Kuto Besak. Pulau ini tidak terlalu besar karena luasnya hanya 30 hektar dan hanya berpenghuni ratusan orang saja. Namun, Pulaunnya tidak pernah sepi karena selalu dipadati oleh wisatawan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan berkomentar
Silakan masukkan nama Anda di sini