Museum Pos Indonesia
Alamat: Jl. Cilaki No.73, Citarum, Bandung Wetan, Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 40115- Harga Tiket Masuk: Gratis
- Jam Buka: 09.00 - 15.00
- Nomor Telepon: 082113176977 / 081213119938
Pos Indonesia berdiri sejak 1746 dan terus mengikuti perkembangan teknologi komunikasi dan informasi hingga kini. Di masa kini, tidak hanya jasa pos dan kurir yang dilayani. Keuangan, ritel, dan properti juga masuk dalam cakupan pelayanan PT Pos Indonesia. Museum Pos Indonesia merekam perjalanannya melalui benda-benda koleksi di sini.
Sebelum segalanya semudah sekarang, kegiatan perposan dilakukan dengan dukungan sarana yang telah ditetapkan. Itulah sebabnya, Museum Pos Indonesia berfungsi sebagai destinasi wisata sejarah dan wisata edukasi. Pengunjung seperti kembali ke masa ketika bertukar informasi memerlukan waktu bahkan sampai berhari-hari.
Sebagian besar koleksi tersebut sudah tidak dapat dilihat selain di museum. Benda-benda bersejarah yang terpajang di sini seperti perangko, surat, foto-foto dan alat-alat pendukungnya. Para tamu akan merasa seperti menjelajah dengan mesin waktu saat berkunjung ke museum ini.
Baca: MUSEUM GEOLOGI BANDUNG Tiket & Atraksi
Harga Tiket dan Biaya
Pengunjung tidak dikenakan biaya masuk untuk dapat menikmati koleksi yang ada. Hanya saja, ada buku tamu yang harus diisi oleh setiap orang yang datang.
Jam Buka
Museum Pos Indonesia buka setiap hari. Baik hari biasa maupun akhir pekan dari pagi hingga sore hari.
- Senin – Jumat: 09:00 – 15:00 WIB
- Sabtu: 09:00 – 13:00 WIB
- Minggu dan Hari Besar Libur
Sejarah Museum Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia merupakan bagian dari Gedung PT Pos Indonesia. Gedung yang ada di wilayah Bandung tersebut menjadi saksi sejarah perjalanan pelayanan pos. Pada awal berdirinya nama Museum Pos, Telegraf, dan Telepon disandang museum ini. Gedung Pos bergaya Italia masa Renaissance, sudah berdiri sejak masa pemerintahan Hindia Belanda.
Ketika Perang Dunia II terjadi, museum yang buka pada tahun 1931 ini terbengkalai. Pada 1980, Perum Pos dan Giro melakukan inventarisasi terhadap barang-barang koleksi. Saat itulah benda-benda bersejarah yang berhubungan dengan pos dikumpulkan. Tahun 1982, Perum Pos dan Giro menyelenggarakan pameran sekaligus peresmian sistem kode pos Indonesia.
Setahun kemudian, museum tersebut diresmikan sebagai Museum Pos dan Giro oleh Menteri Parpostel. Lalu pada 1995, namanya kembali berubah menjadi Museum Pos Indonesia sampai saat ini. Ada tiga tema untuk membagi koleksi museum, yaitu sejarah, filateli, dan peralatan pendukung.
Baca: Museum Asia Afrika Tiket & Atraksi
Koleksi Sejarah
Museum Pos Indonesia ditandai dengan Tugu Peringatan Pahlawan PTT dari 1945 hingga 1949 di halaman. Posisi tugu merupakan titik pengibaran bendera merah putih saat perebutan gedung PTT dari tangan penjajah. Puisi Chairil Anwar diabadikan di bagian bawah. Di bagian atasnya terukir nama-nama pahlawan Angkatan Muda Pos Telegraf dan Telepon.
Museum Pos Indonesia berada satu gedung, di sayap kanan bawah kantor Pos Indonesia. Selepas menyusuri anak tangga, pengunjung akan disambut oleh sebuah patung dada Mas Soeharto. Tokoh tersebut merupakan Kepala Jawatan Pos, Telegraf, dan Telepon yang pertama. Terdapat pula foto penggagas penggunaan perangko sebagai biaya pengiriman surat, Sir Rowland Hill.
Di bagian lain, terdapat diorama petugas Pos keliling Desa menggunakan motor. Diorama lain memperlihatkan koleksi gerobak pos beroda kayu. Juga, terdapat foto-foto pimpinan jawatan dalam perjalanan pos Indonesia. Sebelum teknologi digital maju seperti sekarang, perum pos memiliki peran yang sangat penting di negara ini sejak zaman Hindia Belanda.
Baca: Museum SRI BADUGA Harga Tiket Masuk dan Koleksi
Koleksi Surat Emas dan Filateli
Koleksi yang tidak kalah menarik adalah surat emas yang ditempel menyerupai poster. Surat emas tersebut merupakan koleksi pemerintah Inggris. Isinya merupakan pesan raja-raja Nusantara kepada Gubernur Jenderal Inggris, Thomas Stamford Raffles. Surat-surat itu tertulis dalam bahasa daerah dengan media antara lain kertas, daun lontar dan nipah, emas, perunggu.
Umurnya sudah lebih dari empat ratus tahun. Huruf Jawi pada surat tersebut ditulis dengan keterampilan tingkat tinggi. Inilah yang menjadikan koleksi ini sangat berharga dan mengandung unsur seni. Selain itu, benda pos yang paling akrab dengan masyarakat adalah perangko. Yang menjadikan tempat ini surga bagi pehobi filateli adalah koleksi 131 ribu perangko.
Perangko-perangko berasal dari 176 negara, di antaranya Indonesia, Lebanon, Prancis, Inggris, dan lainnya. Koleksi tersusun dalam lemari pada papan kayu yang bisa ditarik untuk melihatnya. Salah satu koleksi tertua adalah perangko Hindia Belanda terbitan 1864 bergambar Raja Willem II.
Koleksi Pendukung Lainnya
Koleksi pendukung terdiri dari kurang lebih 200 peralatan yang menunjang kegiatan persuratan. Koleksi tersebut di antaranya sepeda ontel yang digunakan petugas pos sekitar 1950an. Sepeda tersebut sudah lengkap dengan kotak untuk menyimpan surat yang dikirim. Ada juga seragam pegawai pos pada zaman Hindia Belanda.
Di satu sisi museum terpakang sebuah sepeda motor berwarna oranye. Di bagian belakang jok terdapat kotak berwarna senada bertuliskan pos keliling desa. Pada dinding di belakangnya terpajang lukisan besar menceritakan kegiatan perposan. Nampak di lukisan, beberapa petugas pos mengendarai kuda dan sepeda, dengan gulungan surat di sisi kiri bawah.
Di sisi lain terdapat kotak bis surat yang mungkin tidak dikenal oleh generasi sekarang. Bis surat pertama dipasang Kantor Pos Batavia pada 1829. Dahulu bis surat terpasang di trotoar, biasanya berwarna merah sehingga mudah mengenalinya. Fungsinya adalah menampung surat yang sudah dibubuhi alamat dan perangko untuk kemudian dibawa ke alamat tujuan. Benda bersejarah lainnya adalah timbangan paket, alat cetak, dan lain sebagainya.
Fasilitas
Museum Pos Indonesia terletak satu kompleks dengan kantor Gubernur Jawa Barat dan PT Pos Indonesia. Gedung museum berada di lingkungan yang asri dan atmosfer yang sejuk. Fasilitas parkir yang tersedia luas dan gratis. Toilet tersedia di dalam museum.
Dengan lokasinya yang strategis, pengunjung tidak perlu kuatir akan kelaparan. Di luar gedung banyak tempat makan yang bisa ditempuh bahkan dengan berjalan kaki. Menu yang ditawarkan pun bermacam-macam. Mulai dari makanan khas Bandung, makanan Indonesia, sampai menu internasional.
Lokasi Museum Pos Indonesia
Museum Pos Indonesia masih satu kompleks dengan Gedung Sate di Jalan Cilaki No. 73, Bandung. Jaraknya sekitar 12 menit berkendara dari Stasiun KA Bandung di Jl. Stasion Barat. Museum ini juga dekat dengan Braga City Walk, yang bisa ditempuh selama 10 menit berkendara.